Waspadai Syirik yang Terasa Asyik #3


4.   Jimat dalam segala bentuk

Jimat dengan segala fungsi dan maksud juga harus kita waspadai Sob! Jimat ini sendiri terbagi 2:
Pertama, jimat yang tidak bersumber dari Al-Qur’an. Jimat jenis inilah yang sangat dilarang oleh syariat Islam. Jika seseorang percaya bahwa jimat itu dapat berpengaruh tanpa kehendak Allah maka ia terjerumus dalam perbuatan syirik besar karena hatinya telah bersandar kepada selain Allah. Adapun jika seseorang meyakini bahwa jimat itu hanya sebagai sebab dan tidak memiliki kekuatan sendiri maka ia terjatuh dalam perbuatan syirik kecil.Kedua, jimat yang bersumber dari Al-Qur’an. Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, ada sebagian yang membolehkan dan ada yang melarangnya. Adapun pendapat yang paling kuat dalam hal ini adalah terlarang, meskipun hukumnya tidak syirik karena menggunakan Al-Qur’an disini berarti bersandar pada kalamullah bukan bersandar kepada makhluk. Mengapa dilarang? Karena keumuman dalil tentang keharaman jimat, tidak peduli jimat tersebut berupa Al-Qur’an ataupun bukan. Dengan membolehkan jimat yang berasal dari ayat Al-Qur’an, kita telah membuka peluang menyebarnya jimat yang bukan berasal dari Al-Qur’an yang jelas-jelas haram.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan syirik.” (HR. Ahmad, Hakim, dari Sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat seseorang yang memakai gelang kuningan di tangannya, maka beliau bertanya,“Apa ini?”Orang itu menjawab, “Penangkal sakit.”Nabi pun bersabda, “Lepaskanlah, karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” (HR. Ahmad)

 5.   Pengobatan

Saking halusnya, syirik sering menyelinap dalam pengobatan. Kita meyakini bahwa yang menyembuhkan kita adalah dokter/ tabib/ dukun/ terapis tersebut. Bahkan termasuk syirik juga ketika kita merasa diri kita-lah penyebab kesembuhan orang lain.

6.   Cinta
Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165) 
Ketika kita menyukai/ mencintai seseorang terlalu berlebihan, bisa jadi kita telah membuatnya menjadi tandingan bagi Allah. Entah cinta pada pasangan hidup, anak, orangtua, atau cinta pada gebetan.
Trus, apa yang menjadi ciri-ciri cinta kita sudah bablas?
Gampang saja, perhatikan saja gelagat diri sendiri... ketika kita lebih memprioritaskan si dia daripada Allah, misalnya... ketika dia memanggil untuk menghadap, kita lebih cepat memenuhi panggilannya daripada ketika Allah memanggil untuk menghadap (shalat). Kita lebih takut si dia marah daripada Allah marah. Kita lebih banyak mengingat si dia daripada Allah.
Loh, cinta pada sesama manusia kan manusiawi, gak bisa ditahan-tahan!
Yap, betul banget... justru malang banget orang-orang yang gak punya rasa cinta buat sesama manusia, sudah pastilah dia juga tidak punya rasa cinta pada Allah! Karena... sesungguhnya cinta kita buat manusia adalah cerminan bagaimana semestinya kita mencintai Allah Sob!
Artinya, kita musti bersyukur ketika diberi rasa cinta yang indah, setelah bersyukur... kita harus berkaca! “Ooh... begini toh yang namanya cinta, berarti gue belum cinta dong sama Allah, soalnya gue belum merasakan perasaan bergetar gini pas nyebut nama Allah, padahal kalau nyebut nama gebetan, hati gue langsung berdesir hebat.”
Gitu seharusnya...
Poinnya adalah, bukan cinta pada manusia itu yang kita tahan dan kita rendahkan, justru cinta pada Allah yang musti kita tinggikan, Sob!
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” 

7.  Ramalan
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal ahli tenung – atau tukang meramal.* Beliau s.a.w. lalu bersabda: “Tidak ada sesuatupun yang hak atau benar daripadanya.” Orang-orang berkata lagi: “Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu memberitahukan kepada kita akan sesuatu hal yang kadang-kadang lalu menjadi kenyataan -yakni seolah-olah benar.” Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda: “Itulah sesuatu kalimat hak – yakni merupakan kebenaran – yang disambar oleh seorang jin, kemudian disampaikan – dibisikkan -dalam telinga kekasihnya, kemudian dengan sebuah kalimat yang benar itu oleh ahli tenung tadi dicampurkannya dengan seratus macam kedustaan.” (Muttafaq ‘alaih)

8.  Takut
Takut itu manusiawi, ketika kita takut kecoa, ular, anjing, macan, kelabang, bahkan takut pada penampakan hantu, itu sebenarnya wajar, karena memang setiap manusia pasti punya rasa takut.
Yang tidak wajar adalah ketika rasa takut itu mencegah kita untuk melakukan apa yang Allah perintahkan pada kita, atau membuat kita melakukan apa yang Allah haramkan atas kita. Misalnya, cuma gara-gara takut hantu karena sendirian di rumah, akhirnya kita tidak melakukan shalat, atau menunda melakukan shalat. Contoh lain, karena takut pada cemoohan masyarakat, kemudian kita ikut memberi sesembahan pada berhala. Jadilah kita melakukan syirik.

9.  Riya’
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. "Mereka (para Shahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?" .Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'" (H.R. Ahmad)Sangat masuk akal ketika riya’ alias beramal dengan tujuan selain Allah dikatakan sebagai syirik kecil. Bagaimana tidak? Orang yang riya biasanya melakukan amalan dengan tujuan dipuji orang lain, atau dicap baik, atau diperhatikan orang lain, atau mendapat penghargaan dari orang lain. Ini sama saja ia telah merendahkan Allah. Seolah-olah para pelaku riya’ menyatakan bahwa penghargaan orang pada dirinya lebih penting daripada penilaian Allah terhadap amalannya!
Tapi, Sobat harus bedakan antara riya’ dengan sum’ah loh!
Izzuddin bin ‘Abdissalam berkata“Riya’ adalah beramal karena selain Alloh, sedangkan Sum’ah adalah menyembunyikan amal karena Alloh, tapi kemudian menceritakan amal tersebut kepada manusia.” Semua riya’ adalah tercela, sedangkan sum’ah ada yang tercela dan ada yang terpuji. Sum’ah tercela adalah bila tujuan penceritaan amal tersebut demi penghormatan manusia, dan sum’ah terpuji adalah bila tujuan penceritaan tersebut demi penghormatan Allah dan ridha-Nya.

Tips Menjauhkan Diri dari Syirik

1. Selalu memperbaharui syahadat! Hal ini otomatis kita lakukan berulang kali jika shalat wajib tidak pernah absen. Masalahnya... apakah kita mengucapkan syahadat dengan sepenuh kesadaran? Atau sekedar merapal “mantera”?
2. Senantiasa berdoa: "Allahumma inna naudzu bika min annusyrika bika syai’an na’lamuh wa nastaghfiruka lima laa na’lamuh," artinya: "Yaa Allah,  sesungguhnya kami berlindung pada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak kami ketahui."3. Coba perhitungan dengan diri sendiri: Adakah sesuatu yang paling kita sayangi/ cintai? Misalnya, hobi kita, orangtua, saudara, gebetan, benda favorit, tabungan, penyanyi favorit, makanan, impian, dll, wasapadalah! Jangan sampai tergelincir jadi lebih mencintai hal-hal ini daripada mencintai Allah. Tanda-tandanya adalah... kita lebih memprioritaskan hal-hal tersebut daripada melakukan perintah Allah pada kita! 
4. Lebih teliti dalam berkata-kata! Perhatikan ucapan kita, apakah bernuansa meninggikan derajat makhluk sama seperti kita meninggikan Allah? Termasuk lagu-lagu yang kita nyanyikan, puisi-puisi yang kita ciptakan. 
5. Jauhi riya’! Jangan sampai kita melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu karena makhluk! Misalnya kita melakukan shalat di masjid supaya dilihat tetangga sekitar dan disebut sebagai pemuda alim, atau... kita tidak membaca Quran di kantor karena takut dicap sebagai orang alim, dua-duanya disebut riya’ karena sama-sama melakukan sesuatu bukan karena Allah. Mudah-mudahan penjelasan ribet ini bisa dimengerti.
Semoga Allah melindungi kita dari bahaya syirik yang sangat halus. Sesungguhnya hanya Allah yang pantas menerima pujian, cinta, ketundukan, kepatuhan, dan alasan mengapa kita bertahan hidup sampai detik ini. Hanya Allah yang pantas merajai hati kita, yang memiliki hati kita, yang menjadi alasan setiap perbuatan yang kita lakukan maupun yang tidak kita lakukan.
Yuk sama-sama jauhi syirik meskipun sering kali terasa asyik!
(An-Nida)

Share:

0 komentar